Minggu, 04 Maret 2018

Panwascam Ujung Bulu melakukan jaga malam dimulai tanggal 5maret 2018 demi melayani pengaduan masyarakat terkait pelanggaran yang terjadi di kecamatan ujung bulu. mereka bersama komisioner panwascam ujung bulu dan rekan PPL melakukan jaga malam sambil main domino atau kegiatan lain.

Kamis, 30 Oktober 2014

Pesona Gunung Bawa karaeng


Mendaki gunung
Lewat dilembah
Sungai mengalir indah kesamudrah
Bersama teman perjuangan.

Itulah baru saja kulakukan dalam tiga hari yang lalu dalam rangka mengikuti upacara hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2014 di atas Gunung Bawa Karaeng (Ramma).
Begitu banyak rintangan, terjangan dan dakian yang ditempuh, seolah-olah cobaan yang datang dalam hidup ini pergi begitu saja ketika sampai ditempat tujuan dan begitu pula ketika balik ketempat awalnya kita. AIR mengalir yang begitu jernih dan kita manfaatkan untuk bekal menuju bukit dan sebagai persiapan untuk menghilangkan dahaga. CUACA begitu dingin membuat aku mendegil dan kulit jadi kriput. Dan Keindahan ALAM membuat aku kehilangan beban fikiran yang selama ini aku rasakan bahkan utangpun dilupakan, Haha...........!!!!!!
Adahal yang paling mengesankan yang tak mampu kita lupakan yaitu kebersamaan, kekompakan, dan alam yang menyatu dengan kita.

Sungguh maha kuasanya Tuhan
Yang menciptaka Gunung besaerta isinya.
Pepohonan, air, tanah, batu-batuan, hewan
Dan keindahan gunung yang membuatku terpesona dan ingin mengulangi kembali.
Sungai yang jernih
Memperindah mata yang melihat
Gemercik air yang mengalir
Yang bermanfaat bagi manusia.

Aku berdiri diAtas Gunung
Dibawah langit
Untuk Memandangi keindahan alam
Dan dan keindahan dunia

Aku mempertaruhkan nyawa
Hanya untuk melihat keindahan gunung
dan Keindahan penciptaan Tuhan.
Semoga apa yang menjadi pengalaman ini mampu menjadi renungan untuk teman-teman pemuda untuk bisa menjaga keindahan alam kerena itu salah satu bentuk kerja pemuda dalam rangka menjamin kesejahteraan masyarakat, kerena seniorku pernah berkata bahwa keadaan dan penghasilan kota tergantung keadaan gunung. "Cokelatos.com"










TAWA SEORNG BAYI DAN TANGISAN PEDANG



TAWA SEORNG BAYI DAN TANGISAN PEDANG

Pada saman dahuli kala tanah yang sangat amatlah jauh
Hiduplah seorang pejuang
Pejuang dengan mata yang hampa
Dia berlatih sepanjang hidupnya demi satu tujuan
Untuk menjadi ahli pedang terhebat sepanjang sejarah umat manusia.
Dia baru mencapai abisi hidupnya
Tetapi hatinya terasa lebih hampah
Dua klan itu sudah berperang selama lima ratus tahun
Dan mereka bersumpah akan terus berperang  hinggga diantara salah satu dari mereka
Tak menyisakan satupun orng hidup dibawah kebencian
Dan sekarang,
Disinilah dia.
Melihat musuh terakhirnya...........................!!!!!
Disaat putri pejuang yang kecil itu tertawa
Itu menimbulkan sesuatu didalamnya
Tetapi sekarang tak ada waktu untuk merasakannya.
SERULING SEDIH pembunuh terkejam di timur.
Dulu untuk mengakhiri hidup sang bayi
Dia meletakkan nama bayi itu paling atas
Dalam daftar kematian klannya.
Dalam perjalanannya,
Tanpa membawa apapun kecuali pakaian dibahunya dan sang bayi di lengannya.
Dia memutuskan untuk membayar kunjungan keteman seperjuangan tuannya di tanah yang sangat jauh.
Jalan seorng pejuang
Tiba-tiba muncullah gurunya dan mengatakan;
Kau datang padaku untuk menjadi kuat
Aku sudah membuatmu menjadi yang terkuat
Bayi itu akan selalu menjadi musuh”

Dia menemukan mendapat sedikit teman
Di sekelilingmu merupakan hal baik Saat matahari terbenam
Tapi lebih dari itu, sang pejuang belajar bahwa ada banyak kesenangan
Membuat sesuatu tumbuh dari pada menebasnya.
Kebahagiiaan saat semua yang kotor menjadi bersih
Dia juga belajar kebahagiaan dari kekalahan.

Dan dia ketemu lagi dengan guruhnya dan mengatakan;
 “inikah hidu baru yang kau temukan?
Lucu......
Terlihar seperti hidupmu yang lama
Menurutmu kau akan memberitahu bayi itu bahwa kamulah yang membunuh ibunya, ayahnya dan seluruh klainnya.......???
Dia adalah musuh
Dia akan slalu menjadi musuh
Kau datang padaku untuk menjadi kuat
Bahkan aku sudah membuatmu untuk menjadi yang terkuat
Bunuh dia sekarang, kau tak diinginkan disini”

Dia menjawab;

”Aku diinginkan”
“aku berguna”

Lalu dia bertarung dengan gurunya.....
Dan mengingat bahwa gurunya pernah mengajarkan  semua jurus yang ada pada dirinya
“Kau punya tubuh yang sempurnah untuk mejadi pembunuh
Tetapi memiliki hati seorng pendeta
Hatimu akan menjadi musuh terbesarmu
Kau harus bunuh musuh terbesarmu
Kita adalah pembunuh
Semua yang kita cintai akan kita bunuh”
MAKA dia telah membunuh gurunya dengan pedangnya sendiri

Dan gurunya bersumpah mengatakan;
“Kau adalah pembunuh
Semua yang kau cintai akan kau hancurkan”
Sang pejuang berjalan menjauh
Dalam legenda dia tak pernah berhenti berjalan
Selalu memastiakan  membuat jarak sejauh mungkin.
Antara dirinya dengan gadis yang dia cintai. (Thewariorway.cokelatos///)

Minggu, 30 Maret 2014

Jurnal Ilmiah



Studi Korelasi Antara Kondisi Fisik Siswa dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Dengan Metode Diskusi

Nama : Mahdi Mahfud


ABSTRAK
Studi Korelasi Antara Kondisi Fisik Siswa dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Dengan Metode Diskusi. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat korelasional untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan belajar Siswa secara umum tergolong aktif dengan persentase 56,1% yang memiliki skor keaktifan belajar dengan kategori aktif dengan interval skor 7-8. Jadi dapat disimpulkan bahwa korelasi antara kondisi fisik siswa signifikan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit Selain itu pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM baik fisik, mental maupun spiritual. Sejalan dengan konsep pendidikan yang dicanangkan oleh PBB bahwa pendidikan ditegakan oleh 4 pilar, yaitu lern to know, learn to do, learn to live together dan learn to be.
1
Pilar pertama dan kedua lebih diarahkan untuk membentuk sense of having yaitu bagaimana pendidikan dapat mendorong terciptanya sumber daya manusia yang memiliki kualitas di bidang ilmu pengetahuan dan ketrampilan agar dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup, sehingga mendorong sikap proaktif, kreatif dan inovatif ditengah kehidupan masyarakat. Sementara pilar ketiga dan keempat diarahkan untuk membentuk karakter bangsa atau sense of being, yaitu bagaimana harus terus menerus belajar, dan membentuk karakter yang memiliki integritas dan tanggung jawab serta memiliki komitmen untuk melayani sesama.
Peran guru adalah sebagai fasilitator dan bukan sumber utama pembelajaran. Untuk menumbuhkan sikap aktif, kreatif dan inovatif dari siswa tidaklah mudah. Fakta yang terjadi adalah guru dianggap sumber belajar yang paling benar. Proses pembelajaran yang terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Akibatnya proses belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar. Sikap anak didik yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran tertentu saja tetapi pada hampir semua mata pelajaran termasuk biologi.
Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal maupun eksternal siswa. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang menjadi faktor utama keaktifan belajar siswa. Kondisi fisik merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi keaktifan belajar siswa. Kondisi fisik ini meliputi faktor biologis dan faktor fisiologis siswa.
Metode diskusi merupakan metode pembelajaran yang memerlukan keaktifan belajar yang tinggi sehingga kondisi siswa dituntut harus fit selama proses diskusi berlangsung. Siswa yang kondisi fisiknya baik akan lebih reaktif dan tanggap dengan proses diskusi. Penelitian akan memberikan gambaran mengenai korelasi antara kondisi fisik siswa dan keaktifan belajar siswa dalam metode diskusi.
B.     Rumusan Masalah
   Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengemukakan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini. Rumusan masalah yang dimaksud adalah “Apakah ada korelasi antara kondisi fisik siswa dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan metode diskusi”.
C.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk melihat korelasi antara kondisi fisik siswa dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan metode diskusi.


BAB II
PEMBAHASAN

A.  Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan januari sampai februari 2011 di MA GUPPI Biangloe.
B.  Jenis Penelitian
   Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat korelasional yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel.
C.  Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel
   Penelitian ini terdiri atas dua variable yakni variable bebas dan terikat. Variabel bebasnya adalah kondisi fisik siswa sedangkan variabel terikatnya adalah keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran metode diskusi.
     Adapun defenisi operasional dari variabel-variabel tersebut adalah :
1.    Kondisi Fisik dipandang sebagai keadaan jasmani siswa secara biologis dan fisiologis yang nampak secara fisik dan berbeda dengan keadaan normal yang diperoleh berdasarkan lembar observasi yang diisi oleh siswa.
2.    Metode Diskusi adalah pengajaran struktur yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara individu dan kelompok untuk memberikan kesempatan kepada siswa lebi aktif dalam pembelajaran.
3.    Keaktifan Belajar Siswa dipandang sebagai bentuk aktifitas belajar siswa dalam proses belajar mengajar yang diperoleh dari lembar observasi aktifitas siswa.
D.  Desain Penelitian
   Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif  yang bersifat korelasional sebab - akibat artinya kondisi fisik sebagai variabel bebas yang menjadi penyebab meningkatnya keaktifan belajar biologi siswa sebagai variabel terikat dalam pelaksanaan diskusi sebagai variabel kontrol.
3
   Secara sederhana pendekatan komunikatif menjadi sebab yang berakibat pada peningkatan motivasi belajar biologi siswa. Hubungan antara variabel-variabel yang diamati dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut :
Metode Diskusi
 
Keaktifan Belajar
                              
Kondisi Fisik
 


Metode diskusi memberikan peluang yang sebesar-besarnya kepada siswa untuk aktif dalam pembelajaran, sedangkan kondisi fisik menjadi penentu bagaimana tingkat keaktifan belajar siswa.
E.  Populasi dan Sampel
1.    Populasi
   Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MA GUPPI Biangloe.
Populasi ini tersebar dalam dua (2) kelas yaitu (X1, X2) dengan jumlah keseluruhan siswa 82 orang.
Tabel 1
Deskripsi Keadaan Populasi
No
Kelas
Jumlah Siswa
1
2
XI1
XI2
40
42
Jumlah
82
           Sumber : Bagian administrasi TU MA GUPPI
2.    Sampel
Dari populasi yang ada peneliti menentukan 50% siswa sebagai sampel yang mewakili secara keseluruhan populasi yang masing-masing tersebar di dua kelas tersebut. Secara rinci deskripsi keadaan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada table 2 berikut :
Tabel 2
Deskripsi Keadaan Sampel
No
Kelas
Jumlah Siswa
Persentase Sampel
Jumlah Sampel
1
2
VIII1
VIII2
40
42
50%
50%
20
21
Jumlah
82
100%
41
F.   Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang akan dianalisis, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :
1.    Teknik angket,
2.    Teknik observasi
G.  Teknik Analisis Data
   Data yang terkumpul dianalisis dalam bentuk deskriptif dan selanjutnya hal tersebut disimpulkan dengan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan Statistik Product moment untuk menguji atau menilai kebenaran hipotesa yang diajukan dan dapat dibuktikan dengan menggunakan rumus berikut.
                         N∑xy – (∑x) (∑y)
Rxy    =                                                                    (Sutrisno Hadi (1989). 
                 {Nx2 – (x)2}{Ny2 – (y)2}
    Keterangan :
    Rxy   = Koifisien Korelasi antara X dan Y
    X    = Nilai Kondisi Fisik Siswa
    Y    = Skor Tingkat keaktifan belajar siswa
    N    = Jumlah Sampel


 
BAB III
HASIL PENELITIAN

A.  Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan data yang telah dilakukan selama proses penelitian dengan menggunakan lembar angket mengenai kondisi fisik, diperoleh skor yang dikelompokkan ke dalam lima (5) kategori menurut Arikunto (1993) seperti pada tabel  3 di bawah ini:
Tabel 3
 Distribusi Frekuensi Skor Kategori Nilai Kondisi Nilai Fisik Siswa

No
Skor
Kategori
Jumlah Siswa
Persentase
1
2
3
4
4
3
2
1
Sanagt Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
18
20
3
0
43,9
48,8
7,3
0
Jumlah
41
100
Sumber : Angket Terolah (2012)
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa dari 41 orang siswa terdapat 18 orang siswa (43,9%) yang memiliki kondisi fisik sangat baik yaitu berada pada interval nilai 31-40,20 orang siswa (48,8) yang memilki kondisi fisik cukup baik yaitu berada pada skor 3 dan terdapat 3 orang siswa (7,3% yang) memiliki kondisi fisik kurang baik yatiu berada pada interval nilai 11-20, dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum kondisi fisik siswa dapat dikategorikan cukup baik.
Selanjutya tingkat keaktifan berdasarkan lembar observasi terhadap 41 orang siswa yang dijadikan sebagai sampel diperoleh skor yang dikelompokkan ke dalam lima kategori menurut Sudjana (1992) seperti yang tercantum pada tabel 4 di bawah ini:

 
Tabel 4
 Distribusi Skor Kategori Tingkat Keaktifan Siswa

No
Nilai
Kategori
Jumlah Siswa
Persentase
1
9-10
Sangat Aktif
13
31,7
2
7-8
Aktif
23
56,1
3
5-6
Cukup Aktif
5
12,2
4
3-4
Kurang Aktif
0
0
5
1-2
Tidak Aktif/Pasif
0
0
Jumlah
41
100
Sumber : Lembar Observasi Terolah (2012)
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari 41 orang siswa terdapat 13 orang siswa atau 31,7% yang tergolong kategori sangat aktif dengan interval nilai 9-10, 23 orang siswa atau 56,1% yang tergolong kategori aktif dengan interval nilai 7-8 dan 5 orang siswa atau 12,2% yang tergolong kategori cukup aktif dengan interval nilai 5-6. Dari pengkategorian tingkat keaktifan tersebut dapat dikatakan bahwa keaktifan belajar secara umum tergolong aktif.
Selanjutnya dilakukan pegujian hipótesis untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara kondisi fisik dengan keaktifan belajar Biologi Siswa dengan menggunakan uji Statistik Product Moment.
B. Pembahasan
Dari hasil analisis data terungkap bahwa dari 41 orang siswa terdapat 18 orang siswa (43,9%) yang memiliki kondisi fisik sangat baik yaitu berada pada interval nilai 31-40,20 orang siswa (48,8%) yang memiliki kondisi fisik cukup baik yaitu berada pada interval nilai 21–30 dan terdapat 3 orang siswa (7,3%) yang memiliki kondisi fisik kurang baik yaitu berada pada interval nilai 11-20, dengan demikian dapat dikatakan bahwa secar umum kondisi fisik siswa dapat dikategorikan cukup baik.
Tingkat keaktifan siswa kelas berdasarkan lembar observasi menunjukkan bahwa dari 41 orang siswa terdapat 13 orang siswa atau 31,7% yang tergolong kategori sangat aktif dengan interval nilai 9-10, 23 orang siswa atau 56,1% yang tergolong kategori aktif dengan interval nilai 7-8 dan 5 orang siswa atau 12,2% yang tergolong kategori cukup aktif dengan interval nilai 5-6. Dari pengkategorian tingkat keaktifan tersebut dapat dikatakan bahwa keaktifan belajar siswa secara umum tergolong aktif.
Dalam pengujian hipótesis mengenai “Ada tidaknya antara korelasi antara kondisi fisik dengan keaktifan belajar Biologi Siswa” digunakan statistik inferensial dalam hal ini análisis statistik product moment  pada taraf signifikan 5% (0,5) diperoleh nilai rhitung = 0,924 denga nilai rtabel = 0,308, hal ini meunjukkan bahwa nilai rhitung > rtabel sebagai acuan bahwa:
Jika rhitung > rtabel maka H1 diterima da h0 ditolak, Dan jika rhitung < rtabel maka H1 ditolak dan h0 diterima.
Denga demikian H1 diterima dan h0 ditolak, hal ini berarti bahwa ada korelasi antara kondisi fisik dengan keaktifan belajar Biologi Siswa pada taraf signifikan 5%.

 
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A.  Simpulan
Berdasarkan hasil uraian sebelumnya dan merujuk pada pembahasan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.    Berdasarkan hasil análisis data mengenai kondisi fisik siswa maka dapat dikatakan bahwa secara umum kondisi fisik dapat dikategorikan cukup baik dengan persentase 48,8% siswa yang memiliki kondisi fisik dengan interval nilai 21-30.
2.    Berdasarkan hasil análisis data mengenai keaktifan belajar siswa dapat dikatakan bahwa keaktifan belajar Siswa secara umum tergolong aktif dengan persentase 56,1% yang memiliki skor keaktifan belajar dengan kategori aktif dengan interval skor 7-8.
3.    Hasil análisis statistik dengan menggunakan Statistik Product moment berdasarkan tabel data lengkap uji korelasi antara kondisi fisik (X) dengan keaktifan belajar Biologi Siswa (Y) diperoleh rhitung = 0,924 dengan taraf signifikan 5% (rtabel= 0,308). Sehingga berdasarkan tabel interpretasi korelasi hasil tersebut menunjukkan adanya korelasi yang sangat tinggi antara kondisi fisik dengan keaktifan belajar Biologi Siswa.
B.  Saran
Saran yang dapat penulis kemukakan sehubungan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Kepada pihak sekolah diharapkan agar memperhatikan kondisi fisik siswa untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam metode diskusi.
2.    Kepada siswa diharapkan agar menjaga kondisi fisiknya selalu dalam keadaan baik agar tetap aktif dalam pembelajaran terutama pada saat berdiskusi.
3.   
9
Kepada peneliti selanjutnya disarankan agar dapat mengembangkan dan memperkuat hasil penelitian serta menjadikan hasil penelitian ini sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad  Rohani, 2004. Strategi Belajar Mengajar. Mizan. Bandung
A. Yasin, Sardiman. Drs. 1984. Cara Belajar Yang Aktif. Bina Ilmu. Bandung
Budiono. 1998. Perpaduan Antara Teori Belajar dan Metode Belajar. Bina Aksara. Jakarta
Erizal Gani,dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas .Bumi  Aksara. Jakarta
Hadi, Sutrisno. 1989. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bina Aksara. Jakarta
Joni Raka, dkk. 1989. Psikologi Pendidikan ( Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan)  PT.Rineka Cipta. Jakarta
Lisnawati. 1993. Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Balai Pustaka. Jakarta 
Muhammad Azhar,1993. Kompotensi Guru dalan Strategi Ajar. Artikel Pikiran Rakyat. Jakarta
Munandir. 1991..Kajian Metode Mengajar Efektif. Tarsisto. Bandung
Pardjono dan Rias, 2001.  Srtategi Belajar Mengajar. Makassar, Universitas Muhammadiyah
Poerwadarminta. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Angkasa. Bandung
Semiawan, 1985. Pendekatan Keterampilan Proses. PT. Gramedia. Jakarta
Slamento, 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Bina Aksara. Jakarta
Sudjana. 1989. N dan Wari Cara Belajar CBSA. Sinar Baru. Bandung


10