Panwascam Ujung Bulu melakukan jaga malam dimulai tanggal 5maret 2018 demi melayani pengaduan masyarakat terkait pelanggaran yang terjadi di kecamatan ujung bulu. mereka bersama komisioner panwascam ujung bulu dan rekan PPL melakukan jaga malam sambil main domino atau kegiatan lain.
Mahdi Insan Cita
Minggu, 04 Maret 2018
Kamis, 30 Oktober 2014
Pesona Gunung Bawa karaeng
Lewat
dilembah
Sungai
mengalir indah kesamudrah
Bersama
teman perjuangan.
Itulah
baru saja kulakukan dalam tiga hari yang lalu dalam rangka mengikuti upacara
hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 2014 di atas Gunung Bawa Karaeng (Ramma).
Begitu
banyak rintangan, terjangan dan dakian yang ditempuh, seolah-olah cobaan yang
datang dalam hidup ini pergi begitu saja ketika sampai ditempat tujuan dan
begitu pula ketika balik ketempat awalnya kita. AIR mengalir yang begitu jernih
dan kita manfaatkan untuk bekal menuju bukit dan sebagai persiapan untuk
menghilangkan dahaga. CUACA begitu dingin membuat aku mendegil dan kulit jadi
kriput. Dan Keindahan ALAM membuat aku kehilangan beban fikiran yang selama ini
aku rasakan bahkan utangpun dilupakan, Haha...........!!!!!!
Adahal
yang paling mengesankan yang tak mampu kita lupakan yaitu kebersamaan,
kekompakan, dan alam yang menyatu dengan kita.
Sungguh
maha kuasanya Tuhan
Yang
menciptaka Gunung besaerta isinya.
Pepohonan,
air, tanah, batu-batuan, hewan
Dan
keindahan gunung yang membuatku terpesona dan ingin mengulangi kembali.
Sungai
yang jernih
Memperindah
mata yang melihat
Gemercik
air yang mengalir
Yang
bermanfaat bagi manusia.
Aku
berdiri diAtas Gunung
Dibawah
langit
Untuk
Memandangi keindahan alam
Dan
dan keindahan dunia
Aku
mempertaruhkan nyawa
Hanya
untuk melihat keindahan gunung
dan
Keindahan penciptaan Tuhan.
Semoga
apa yang menjadi pengalaman ini mampu menjadi renungan untuk teman-teman pemuda
untuk bisa menjaga keindahan alam kerena itu salah satu bentuk kerja pemuda
dalam rangka menjamin kesejahteraan masyarakat, kerena seniorku pernah berkata
bahwa keadaan dan penghasilan kota tergantung keadaan gunung.
"Cokelatos.com"
TAWA SEORNG BAYI DAN TANGISAN PEDANG
TAWA
SEORNG BAYI DAN TANGISAN PEDANG
Pada saman dahuli kala tanah yang sangat amatlah jauh
Hiduplah seorang pejuang
Pejuang dengan mata yang hampa
Dia berlatih sepanjang hidupnya demi satu tujuan
Untuk menjadi ahli pedang terhebat sepanjang sejarah umat manusia.
Dia baru mencapai abisi hidupnya
Tetapi hatinya terasa lebih hampah
Dua klan itu sudah berperang selama lima ratus tahun
Dan mereka bersumpah akan terus berperang
hinggga diantara salah satu dari mereka
Tak menyisakan satupun orng hidup dibawah kebencian
Dan sekarang,
Disinilah dia.
Melihat musuh
terakhirnya...........................!!!!!
Disaat putri pejuang yang kecil itu tertawa
Itu menimbulkan sesuatu didalamnya
Tetapi sekarang tak ada waktu untuk merasakannya.
SERULING SEDIH pembunuh terkejam di timur.
Dulu untuk mengakhiri hidup sang bayi
Dia meletakkan nama bayi itu paling atas
Dalam daftar kematian klannya.
Dalam perjalanannya,
Tanpa membawa apapun kecuali pakaian dibahunya dan sang bayi di
lengannya.
Dia memutuskan untuk membayar kunjungan keteman seperjuangan tuannya di
tanah yang sangat jauh.
Jalan
seorng pejuang
Tiba-tiba
muncullah gurunya dan mengatakan;
Kau datang padaku untuk menjadi kuat
Aku sudah membuatmu menjadi yang terkuat
Bayi itu akan selalu menjadi musuh”
Dia menemukan mendapat sedikit teman
Di sekelilingmu merupakan hal baik Saat matahari terbenam
Tapi lebih dari itu, sang pejuang belajar bahwa ada banyak kesenangan
Membuat sesuatu tumbuh dari pada menebasnya.
Kebahagiiaan saat semua yang kotor menjadi bersih
Dia juga belajar kebahagiaan dari kekalahan.
Dan dia ketemu lagi dengan guruhnya dan mengatakan;
“inikah hidu baru yang kau temukan?
Lucu......
Terlihar seperti hidupmu yang lama
Menurutmu kau akan memberitahu bayi
itu bahwa kamulah yang membunuh ibunya, ayahnya dan seluruh klainnya.......???
Dia adalah musuh
Dia akan slalu menjadi musuh
Kau datang padaku untuk menjadi kuat
Bahkan aku sudah membuatmu untuk
menjadi yang terkuat
Bunuh dia sekarang, kau tak diinginkan
disini”
Dia
menjawab;
”Aku diinginkan”
“aku berguna”
Lalu
dia bertarung dengan gurunya.....
Dan
mengingat bahwa gurunya pernah mengajarkan semua jurus yang ada pada dirinya
“Kau punya tubuh yang sempurnah untuk
mejadi pembunuh
Tetapi memiliki hati seorng pendeta
Hatimu akan menjadi musuh terbesarmu
Kau harus bunuh musuh terbesarmu
Kita adalah pembunuh
Semua yang kita cintai akan kita bunuh”
MAKA
dia telah membunuh gurunya dengan pedangnya sendiri
Dan
gurunya bersumpah mengatakan;
“Kau adalah pembunuh
Semua yang kau cintai akan kau
hancurkan”
Sang
pejuang berjalan menjauh
Dalam
legenda dia tak pernah berhenti berjalan
Selalu
memastiakan membuat jarak sejauh
mungkin.
Antara
dirinya dengan gadis yang dia cintai. (Thewariorway.cokelatos///)
Minggu, 30 Maret 2014
Jurnal Ilmiah
Studi Korelasi Antara Kondisi Fisik
Siswa dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran Dengan Metode Diskusi
Nama : Mahdi Mahfud
ABSTRAK
Studi
Korelasi Antara Kondisi Fisik Siswa dengan Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran
Dengan Metode Diskusi. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
yang bersifat korelasional untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan belajar Siswa secara umum tergolong aktif
dengan persentase 56,1% yang memiliki skor keaktifan belajar dengan kategori
aktif dengan interval skor 7-8. Jadi dapat disimpulkan bahwa korelasi antara
kondisi fisik siswa signifikan dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode diskusi.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap
manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada.
Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit
Selain itu pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas
SDM baik fisik, mental maupun spiritual. Sejalan dengan konsep pendidikan yang
dicanangkan oleh PBB bahwa pendidikan ditegakan oleh 4 pilar, yaitu lern to know, learn to do, learn to live
together dan learn to be.
1
|
Peran guru adalah
sebagai fasilitator dan bukan sumber utama pembelajaran. Untuk menumbuhkan
sikap aktif, kreatif dan inovatif dari siswa tidaklah mudah. Fakta yang terjadi
adalah guru dianggap sumber belajar yang paling benar. Proses pembelajaran yang
terjadi memposisikan siswa sebagai pendengar ceramah guru. Akibatnya proses
belajar mengajar cenderung membosankan dan menjadikan siswa malas belajar. Sikap
anak didik yang pasif tersebut ternyata tidak hanya terjadi pada mata pelajaran
tertentu saja tetapi pada hampir semua mata pelajaran termasuk biologi.
Keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor baik faktor internal
maupun eksternal siswa. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari
dalam diri siswa yang menjadi faktor utama keaktifan belajar siswa. Kondisi
fisik merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi keaktifan belajar
siswa. Kondisi fisik ini meliputi faktor biologis dan faktor fisiologis siswa.
Metode diskusi
merupakan metode pembelajaran yang memerlukan keaktifan belajar yang tinggi
sehingga kondisi siswa dituntut harus fit selama proses diskusi berlangsung.
Siswa yang kondisi fisiknya baik akan lebih reaktif dan tanggap dengan proses
diskusi. Penelitian akan memberikan gambaran mengenai korelasi antara kondisi
fisik siswa dan keaktifan belajar siswa dalam metode diskusi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengemukakan permasalahan yang
akan dikaji dalam penelitian ini. Rumusan masalah yang dimaksud adalah “Apakah
ada korelasi antara kondisi fisik siswa dengan keaktifan siswa dalam
pembelajaran dengan metode diskusi”.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas,
maka tujuan penelitian adalah untuk melihat korelasi antara kondisi fisik siswa
dengan keaktifan siswa dalam pembelajaran dengan metode diskusi.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu penelitian ini
dilaksanakan pada bulan januari sampai februari 2011 di MA GUPPI Biangloe.
B. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat
korelasional yang bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antar variabel.
C. Variabel
Penelitian dan Defenisi Operasional Variabel
Penelitian ini terdiri atas dua
variable yakni variable bebas dan terikat. Variabel bebasnya adalah kondisi
fisik siswa sedangkan variabel terikatnya adalah keaktifan belajar siswa dalam
pembelajaran metode diskusi.
Adapun defenisi operasional dari variabel-variabel
tersebut adalah :
1.
Kondisi
Fisik dipandang sebagai keadaan jasmani siswa secara biologis dan fisiologis
yang nampak secara fisik dan berbeda dengan keadaan normal yang diperoleh
berdasarkan lembar observasi yang diisi oleh siswa.
2.
Metode
Diskusi adalah pengajaran struktur yang dimanfaatkan untuk mencapai tujuan
pembelajaran secara individu dan kelompok untuk memberikan kesempatan kepada
siswa lebi aktif dalam pembelajaran.
3.
Keaktifan
Belajar Siswa dipandang sebagai bentuk aktifitas belajar siswa dalam proses
belajar mengajar yang diperoleh dari lembar observasi aktifitas siswa.
D. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bersifat korelasional sebab - akibat
artinya kondisi fisik sebagai variabel bebas yang menjadi penyebab meningkatnya
keaktifan belajar biologi siswa sebagai variabel terikat dalam pelaksanaan
diskusi sebagai variabel kontrol.
3
|
Metode Diskusi
|
Keaktifan Belajar
|
Kondisi Fisik
|
Metode diskusi memberikan peluang yang sebesar-besarnya kepada siswa untuk
aktif dalam pembelajaran, sedangkan kondisi fisik menjadi penentu bagaimana
tingkat keaktifan belajar siswa.
E. Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MA
GUPPI Biangloe.
Populasi ini tersebar dalam
dua (2) kelas yaitu (X1, X2) dengan jumlah keseluruhan
siswa 82 orang.
Tabel 1
Deskripsi Keadaan Populasi
No
|
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
1
2
|
XI1
XI2
|
40
42
|
Jumlah
|
82
|
Sumber : Bagian administrasi TU MA GUPPI
2.
Sampel
Dari populasi yang ada peneliti
menentukan 50% siswa sebagai sampel yang mewakili secara keseluruhan populasi
yang masing-masing tersebar di dua kelas tersebut. Secara rinci deskripsi
keadaan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada table 2 berikut :
Tabel
2
Deskripsi
Keadaan Sampel
No
|
Kelas
|
Jumlah Siswa
|
Persentase Sampel
|
Jumlah Sampel
|
1
2
|
VIII1
VIII2
|
40
42
|
50%
50%
|
20
21
|
Jumlah
|
82
|
100%
|
41
|
F.
Teknik
Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data
yang akan dianalisis, peneliti menggunakan teknik sebagai berikut :
1. Teknik
angket,
2. Teknik
observasi
G. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dianalisis dalam bentuk deskriptif dan
selanjutnya hal tersebut disimpulkan dengan pendekatan kuantitatif dengan
menggunakan Statistik Product moment untuk menguji atau menilai kebenaran
hipotesa yang diajukan dan dapat dibuktikan dengan menggunakan rumus berikut.
N∑xy – (∑x) (∑y)
Rxy =
(Sutrisno Hadi (1989).
{N∑x2 – (∑x)2}{N∑y2
– (∑y)2}
Keterangan :
Rxy = Koifisien Korelasi antara X dan Y
X =
Nilai Kondisi Fisik Siswa
Y =
Skor Tingkat keaktifan belajar siswa
N =
Jumlah Sampel
BAB
III
HASIL
PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil
pengumpulan data yang telah dilakukan selama proses penelitian dengan
menggunakan lembar angket mengenai kondisi fisik, diperoleh skor yang dikelompokkan ke dalam lima (5)
kategori menurut Arikunto (1993) seperti pada tabel 3 di bawah ini:
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Skor Kategori Nilai
Kondisi Nilai Fisik Siswa
No
|
Skor
|
Kategori
|
Jumlah Siswa
|
Persentase
|
1
2
3
4
|
4
3
2
1
|
Sanagt Baik
Cukup Baik
Kurang Baik
Tidak Baik
|
18
20
3
0
|
43,9
48,8
7,3
0
|
Jumlah
|
41
|
100
|
Sumber
: Angket Terolah (2012)
Tabel 3 di atas
menunjukkan bahwa dari 41 orang siswa terdapat 18 orang siswa (43,9%) yang memiliki kondisi fisik sangat baik
yaitu berada pada interval nilai 31-40,20 orang siswa (48,8) yang memilki
kondisi fisik cukup baik yaitu berada pada skor 3 dan terdapat 3 orang siswa
(7,3% yang) memiliki kondisi fisik kurang baik yatiu berada pada interval nilai
11-20, dengan demikian dapat dikatakan bahwa secara umum kondisi fisik siswa
dapat dikategorikan cukup baik.
Selanjutya tingkat keaktifan berdasarkan lembar observasi terhadap 41 orang siswa yang
dijadikan sebagai sampel diperoleh skor yang dikelompokkan ke dalam lima
kategori menurut Sudjana (1992) seperti yang tercantum pada tabel 4 di bawah
ini:
Tabel 4
Distribusi Skor Kategori Tingkat Keaktifan
Siswa
No
|
Nilai
|
Kategori
|
Jumlah Siswa
|
Persentase
|
1
|
9-10
|
Sangat Aktif
|
13
|
31,7
|
2
|
7-8
|
Aktif
|
23
|
56,1
|
3
|
5-6
|
Cukup Aktif
|
5
|
12,2
|
4
|
3-4
|
Kurang Aktif
|
0
|
0
|
5
|
1-2
|
Tidak Aktif/Pasif
|
0
|
0
|
Jumlah
|
41
|
100
|
Sumber : Lembar Observasi Terolah
(2012)
Tabel 4 di atas
menunjukkan bahwa dari 41 orang siswa terdapat 13 orang siswa atau 31,7% yang tergolong kategori sangat aktif
dengan interval nilai 9-10, 23 orang siswa atau 56,1% yang tergolong kategori
aktif dengan interval nilai 7-8 dan 5 orang siswa atau 12,2% yang tergolong
kategori cukup aktif dengan interval nilai 5-6. Dari pengkategorian tingkat
keaktifan tersebut dapat dikatakan bahwa keaktifan belajar secara umum
tergolong aktif.
Selanjutnya dilakukan pegujian hipótesis untuk mengetahui ada tidaknya korelasi
antara kondisi fisik dengan keaktifan belajar Biologi Siswa dengan menggunakan
uji Statistik Product Moment.
B. Pembahasan
Dari hasil analisis
data terungkap bahwa dari 41 orang siswa terdapat 18 orang siswa (43,9%) yang memiliki kondisi fisik sangat baik
yaitu berada pada interval nilai 31-40,20 orang siswa (48,8%) yang memiliki
kondisi fisik cukup baik yaitu berada pada interval nilai 21–30 dan terdapat 3
orang siswa (7,3%) yang memiliki kondisi fisik kurang baik yaitu berada pada
interval nilai 11-20, dengan demikian dapat dikatakan bahwa secar umum kondisi
fisik siswa dapat dikategorikan cukup baik.
Tingkat keaktifan siswa kelas berdasarkan lembar observasi menunjukkan
bahwa dari 41 orang siswa terdapat
13 orang siswa atau 31,7% yang tergolong kategori sangat aktif dengan interval
nilai 9-10, 23 orang siswa atau 56,1% yang tergolong kategori aktif dengan
interval nilai 7-8 dan 5 orang siswa atau 12,2% yang tergolong kategori cukup
aktif dengan interval nilai 5-6. Dari pengkategorian tingkat keaktifan tersebut
dapat dikatakan bahwa keaktifan belajar siswa secara umum tergolong aktif.
Dalam pengujian hipótesis mengenai “Ada tidaknya antara korelasi antara
kondisi fisik dengan keaktifan belajar Biologi Siswa” digunakan statistik
inferensial dalam hal ini análisis statistik product moment pada taraf signifikan 5% (0,5) diperoleh
nilai rhitung = 0,924 denga nilai rtabel = 0,308, hal ini
meunjukkan bahwa nilai rhitung > rtabel sebagai acuan
bahwa:
Jika rhitung
> rtabel maka H1 diterima da h0
ditolak, Dan jika rhitung < rtabel maka H1
ditolak dan h0 diterima.
Denga demikian H1 diterima dan h0 ditolak, hal ini
berarti bahwa ada korelasi antara kondisi fisik dengan keaktifan belajar
Biologi Siswa pada taraf signifikan 5%.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil uraian sebelumnya dan merujuk pada pembahasan hasil
penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
hasil análisis data mengenai kondisi fisik siswa maka dapat dikatakan bahwa
secara umum kondisi fisik dapat dikategorikan cukup baik dengan persentase
48,8% siswa yang memiliki kondisi fisik dengan interval nilai 21-30.
2.
Berdasarkan
hasil análisis data mengenai keaktifan belajar siswa dapat dikatakan bahwa
keaktifan belajar Siswa secara umum tergolong aktif dengan persentase 56,1%
yang memiliki skor keaktifan belajar dengan kategori aktif dengan interval skor
7-8.
3.
Hasil
análisis statistik dengan menggunakan Statistik Product moment berdasarkan
tabel data lengkap uji korelasi antara kondisi fisik (X) dengan keaktifan
belajar Biologi Siswa (Y) diperoleh rhitung = 0,924 dengan taraf
signifikan 5% (rtabel= 0,308). Sehingga berdasarkan tabel
interpretasi korelasi hasil tersebut menunjukkan adanya korelasi yang sangat
tinggi antara kondisi fisik dengan keaktifan belajar Biologi Siswa.
B. Saran
Saran yang dapat penulis kemukakan sehubungan dengan hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1.
Kepada
pihak sekolah diharapkan agar memperhatikan kondisi fisik siswa untuk
meningkatkan keaktifan siswa dalam metode diskusi.
2.
Kepada
siswa diharapkan agar menjaga kondisi fisiknya selalu dalam keadaan baik agar
tetap aktif dalam pembelajaran terutama pada saat berdiskusi.
3.
9
|
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Rohani, 2004. Strategi Belajar Mengajar. Mizan. Bandung
A. Yasin, Sardiman. Drs. 1984. Cara Belajar Yang Aktif. Bina Ilmu.
Bandung
Budiono. 1998. Perpaduan Antara Teori Belajar dan
Metode Belajar. Bina
Aksara. Jakarta
Erizal Gani,dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas .Bumi Aksara. Jakarta
Hadi, Sutrisno. 1989. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bina
Aksara. Jakarta
Joni Raka, dkk. 1989. Psikologi Pendidikan ( Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan) PT.Rineka Cipta. Jakarta
Lisnawati. 1993. Menuju
Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu. Balai Pustaka. Jakarta
Muhammad Azhar,1993. Kompotensi Guru dalan Strategi Ajar. Artikel Pikiran Rakyat.
Jakarta
Munandir. 1991..Kajian
Metode Mengajar Efektif. Tarsisto. Bandung
Pardjono dan Rias, 2001. Srtategi Belajar Mengajar. Makassar, Universitas Muhammadiyah
Poerwadarminta. 1997. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Angkasa. Bandung
Semiawan, 1985. Pendekatan
Keterampilan Proses. PT. Gramedia. Jakarta
Slamento, 1991. Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Bina Aksara. Jakarta
Sudjana. 1989. N dan Wari
Cara Belajar CBSA. Sinar Baru. Bandung
10
|
Langganan:
Postingan (Atom)